Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2020

MAMPIR YUK, WISATA KULINER DI AH POONG SENTUL

“Masih semangat jalan-jalan ‘kan?” serempak kami menjawab, “Masiiiiiiiih…” Untuk melanjutkan jalan-jalan kami di Kota Bogor, dua teman kami lainnya akan datang hari ini. Salah satu teman kami, Ojan, iya, Fauzan yang waktu itu main ke Parung Panjang, boleh dibaca kembali pada tulisan saya tempo hari tentang main di sawah belakang rumah https://tazkaadiat.blogspot.com/2020/04/ke-parung-panjang-yuk-puas-main-di.html . Sementara satu teman lainnya adalah Aulia yang biasa kami panggil Awe, eits seperti nama makanan cepat saji yang terkenal itu, ya? iya, iya, cara membacanya juga persis. 😆 Setibanya Ojan dan Awe di rumah Zizi, kami kemudian berbenah untuk jalan-jalan hari ini. Merencanakan jalan-jalan dengan banyak keinginan memang tak mudah, Yang satu mau ke barat, satu lagi ke timur, lainnya ke utara, sisanya ikut aja , ya, saya ambil pilihan yang terakhir, ikut aja. Anda pernah merasakan hal yang sama? ketika hampir semua teman Anda ingin menentukan destinasi tujuan dan An

JARANG-JARANG PIKNIK DI KEBUN RAYA BOGOR

Pada November 2017 dengan alasan sepi di rumah, Zizi mengajak beberapa temannya untuk menginap di rumahnya, namun hanya saya dan Fitri yang akhirnya menyetujui. Beberapa teman berjanji akan menyusul kami di hari berikutnya. Cukup lama tak jumpa, kami senang sekali dapat kembali berkumpul bersama. Zizi mengatur waktu pertemuan kami di rumahnya. Berhubung kami akan menghabiskan akhir pekan, ada baiknya kami menginap sejak Jumat malam dan berkegiatan pada hari Sabtu, juga Minggu jika diperlukan. Akhirnya kami sepakat untuk berkumpul pada Jumat malam. Saya akan langsung berangkat menuju Bogor pada Jumat sore, sementara Fitri yang juga berdomisili di Bogor akan menyusul kami jika hal nya telah selesai ia kerjakan. Sekitar pukul 17.00 saya menumpang kereta commuter line menuju Bogor. Penumpang kereta pada jam-jam sibuk memang tak pernah lengang. Saya sendiri perlu mengatur posisi tubuh agar tetap nyaman berada di dalam kereta yang penuh sesak. Satu hal yang menggelitik saya s

KE PARUNG PANJANG YUK, PUAS MAIN DI SAWAH BELAKANG RUMAH

“Taqabbalallahu minka wa minkum, shiyamana wa shiyamakum, kulla ‘amin wa antum bikhoir”. Kurang lebih begitu isi pesan di WhatsApp pribadi maupun grup dalam suasana lebaran seperti ini. Doa yang sama saya panjatkan untuk seluruh umat muslimin di dunia yang tengah berahagia merayakan hari kemenangan. Saya dan ibu berlebaran di rumah tercinta, setelah kembali dari lawatan kami ke kampung halaman bapak di Jawa Tengah, dan kampung halaman ibu saya di Jawa Barat dua minggu yang lalu.   Hari lebaran ketiga di tahun 2016, kala itu sekembalinya dari acara silaturahmi dengan sanak saudara, saya menerima pesan singkat dari teman-teman kuliah dulu. Masih dalam rangka silaturahmi lebaran Idul Fitri, teman-teman hendak berkunjung ke rumah saya yang letaknya nun jauh dari kota. Saya kabarkan kepada Ibu, bilamana ia masih kelelahan selepas acara-acara bersama keluarga, ternyata Ibu saya menyambut senang hati keinginan teman-teman untuk beranjangsana.   Teman-teman saya dari Bogor

GUNUNG PANCAR: BERDUA BANGET?

“Enak banget sih, naik gunung terus.   Kita kapan jalan?” Begitu komentar yang kerap dikeluhkan Lusi tiap kali saya cerita pendakian yang baru selesai dilakukan. Sekitar dua tahun terakhir saya dan Lusi sering kali berjanji untuk naik kereta yang sama pada jam pulang kerja waktu sore atau malam hari. Lusi sendiri adalah teman saya sejak Taman Kanak-kanak, lho. Kembali bersekolah di SMP yang sama kemudian kami melanjutkan pendidikan masing-masing hingga kesibukan kerja yang kembali mempertemukan kami di kereta. Obrolan kami berjam-jam di dalam kereta seputar isu harian saja. Mulai dari jadwal kereta yang ngaret, kemacetan jalan Jakarta, tukang siomay favorit dekat stasiun , bla bla bla …belum pernah sekalipun saya dan Lusi membahas rencana perjalanan kami. Adapun waktu yang biasanya menjadi halangan, beberapa kali ajakan saya dan Lusi berbenturan dengan waktu yang kami miliki. Kerap kali “Ayo!” yang malah berubah jadi, “Yah, maaf, nggak bisa,” atau “ Cancel  dulu deh, ya”

PENDAKIAN MERBABU: HILANG DAN KEMBALI PULANG!

Masih ingat Alma? Teman memanjat Gunung Parang via Ferrata bulan Mei 2016 lalu? iya, Aslamah Juwandari, saya lebih suka memanggilnya Alma karena lebih singkat. Kami bertukar nomor WhatsApp waktu itu yang kemudian berbagi kisah pendakian, ujungnya Anda dapat pastikan ya… kami berencana   untuk mendaki gunung bersama! Kami mulai menyusun rencana-rencana pendakian. Berbekal dari membaca-baca review para blogger tentang pendakian gunung-gunung di Jawa, Alma yang lebih dulu mendaki Gunung Sumbing pun akhirnya merekomendasikan pendakian di Jawa Tengah, saya manut.  Saya nyatakan siap ikut ke manapun  ia melangkah, hahahha… sweet sekali bukan?  Kami sepakat untuk mendaki Gunung Merbabu pada bulan Oktober. Kurang lebih dua bulan lamanya kami mempersiapkan pendakian. Alma bertugas mencari team leader , sementara saya memastikan perjalanan Jakarta-Yogya aman terkendali. Selebihnya kami hanya perlu mempersiapkan fisik masing-masing. Jumat siang hampir sore kami menuju Stasiun

PANJAT TEBING: MEET UP WITH ROCK MASTER INDONESIA

     Dalam dunia panjat memanjat, bukanlah hal yang baru bagi saya. Cerita saya tentang panjat tebing atau gunung batu via Ferrata masih hangat dan boleh dibaca kembali pada blog saya ini. Singkatnya saya telah berulang kali menjajal panjat tebing dan masih ingin mencobanya lagi dan lagi..       Sejak percobaan pertama mengunjungi Gunung Parang untuk panjat tebing, seorang kawan menyarankan untuk ikut serta dengan kakaknya yang juga seorang pegiat panjat tebing, tak hanya itu, ia juga selalu bersemangat menunjukkan foto-foto pemanjatan sang kakak. Belum pernah sekalipun saya gubris hingga pertengahan Januari lalu saya utarakan maksud untuk ikut dalam pemanjatan bersamanya. Pak Herry menyambut baik keinginan saya, dengan sigap ia menelepon kakaknya dan memaksa saya untuk berbicara langsung. Setelah hari itu, saya ajak beberapa teman yang telah berpengalaman dalam panjat memanjat untuk bergabung bersama dalam kegiatan kali ini.      Menurut Pak Herry, sang kakak selalu mengh