“Enak
banget sih, naik gunung terus. Kita
kapan jalan?”
Begitu
komentar yang kerap dikeluhkan Lusi tiap kali saya cerita pendakian yang baru
selesai dilakukan. Sekitar dua tahun terakhir saya dan Lusi sering kali
berjanji untuk naik kereta yang sama pada jam pulang kerja waktu sore atau
malam hari. Lusi sendiri adalah teman saya sejak Taman Kanak-kanak, lho. Kembali
bersekolah di SMP yang sama kemudian kami melanjutkan pendidikan masing-masing
hingga kesibukan kerja yang kembali mempertemukan kami di kereta.
Obrolan
kami berjam-jam di dalam kereta seputar isu harian saja. Mulai dari jadwal
kereta yang ngaret, kemacetan jalan
Jakarta, tukang siomay favorit dekat stasiun , bla bla bla…belum pernah sekalipun saya dan Lusi membahas rencana
perjalanan kami. Adapun waktu yang biasanya menjadi halangan, beberapa kali
ajakan saya dan Lusi berbenturan dengan waktu yang kami miliki. Kerap kali “Ayo!”
yang malah berubah jadi, “Yah, maaf, nggak bisa,” atau “Cancel dulu deh, ya”. Mohon maklum,
Lusi ini kerja dari Senin sampai Sabtu, liburan panjang hanya
didapat dari cuti kantor. Sementara saya terlalu malas memanfaatkan akhir pekan
untuk pergi sana-sini, santai di rumah lebih menggiurkan, dan biasanya saya rencanakan
liburan bersamaan dengan waktu libur anak sekolah. Ya, akhirnya kami puas
dengan hanya membagikan cerita perjalanan masing-masing.
Libur
lebaran 2016 ini akhirnya kami tetapkan rencana perjalanan jalan-jalan yang
agak singkat saja, maklum lagi, Lusi harus kembali bekerja. Kami sepakat untuk
mencari destinasi yang mudah dijangkau dengan transportasi umum. Muncullah
wisata Gunung Pancar yang lokasinya lumayan terjangkau. Gunung Pancar berloksai sangat dekat dengan
Sentul City. Dengan ketinggian 300-800mdpl, suhu di sini tidak terlalu berbeda
dengan di kota. Mayoritas vegetasi yang terdapat di Gunung Pancar adalah pinus
atau yang biasa kita sebut dengan hutan pinus. Namun di lokasi ini juga
terdapat bermacam vegetasi yang hidup dan tumbuh, yaitu Rasamala, Pasang,
Beringin, dan lainnya.
Senin
pagi kami mengawali perjalanan dengan menumpang commuter line menuju Stasiun Tanah Abang kemudian berpindah kereta
tujuan Bogor. Tak ada yang terlalu istimewa dalam perjalanan di kereta, hari-hari
kami gunakan kereta untuk pulang pergi menuju tempat kerja, bedanya suasana kereta
saat itu ramai dalam rangka liburan,
rata-rata penumpang adalah keluarga yang akan pergi berlibur mengandalkan moda
transportasi ini, seperti kami.
Sekitar
jam 9.30 kami tiba di Stasiun Bogor, sesuai rencana, kami akan melanjutkan
perjalanan dengan ojek online alias
ojol. Jarak yang ditempuh lumayan jauh, dibutuhkan waktu sekitar 50 menit
berkendara dengan motor, hal ini juga menyebabkan kami agak kerepotan mencari
ojek online yang mau mengambil order. Kenapa tidak taksi online? Anda tahu situasi jalanan Kota
Bogor ‘kan? kurang lebih mirip dengan
situasi Jakarta, macet, jadi ojek online
tetap yang dipilih. Dua ojek online
yang akhirnya mengambil order,
bersiap mengantar ke Gunung Pancar, kami tidak familiar dengan jalur yang
diambil, kami menyatakan ketidaktahuan kepada pengemudi ojek tentang arah jalan
menuju lokasi. Sempat juga ojek kami berpisah jalur, lalu bertemu lagi di suatu
jalan, hahhaha. Mendekati area Sentul, ojek online
kembali berputar-putar mencari arah, seingat kami pengemudi ojek online juga mengandalkan Google map sebagai penunjuk jalan namun
belum juga menemukan lokasi, pengemudi ojek bertanya kepada warga sekitar
tentang lokasi tujuan, memang kenikmatan berinteraksi secara langsung tak dapat
digantikan oleh teknologi, ya. Mungkin juga kecanggihan Google map saat itu belum secanggih sekarang.
Setibanya
di lokasi wisata Gunung Pancar, kami membeli tiket masuk kemudian beristirahat
di dalamnya. Kami memasuki kawasan hutan pinus dan memilih suatu area yang
tidak banyak pengunjungnya untuk duduk dan beristirahat. Selepas itu kami
berkeliling lokasi wisata dengan berjalan kaki sejauh yang kami bisa. Selaiknya
hutan, berbagai sudut yang tampak hanyalah pohon. Hutan ini memiliki luas areal 447.5 ha,
cukup luas bukan? Dijamin Anda tak cukup kuat
menjelajahi seluruh area yang ada. Beberapa
pengunjung lain juga tengah asyik menjelajahi hutan pinus ini, ada yang membawa
berbagai peralatan dokumentasi canggih untuk keperluan foto yang juga keren
pastinya. Kami juga menikmati wisata ini dengan berfoto, dengan kamera handphone pun kami sudah bahagia…. Fasilitas
yang tersedia pada saat itu tak sevariatif sekarang, kalau Anda tahu, saat ini
telah tersedia berbagai aktivitas yang dapat dipilih untuk dilakukan di sana,
misalnya hammock, outbond, camping, bahkan glamping.
di tengah hutan |
ceritanya candid |
berdua banget, nih |
Setelah
puas berkeliling dan menjelajahi hutan pinus, kami memutuskan untuk makan siang
dan salat di sekitar lokasi wisata. Semangkuk bakso dan minuman dingin sukses
mengatasi kelaparan kami siang itu. Waktu menunjukkan pukul 14.00 kami putuskan
memesan ojek online untuk kembali ke Stasiun Bogor. Dalam percobaan pemesanan yang
kesekian kalinya, kesekian kalinya pun kami gagal. Lebih sulit dari pemesanan
pagi tadi. Mungkin lokasi wisata yang terlalu jauh dari keramaian kota, atau
terdapatnya ojek-ojek pangkalan yang menerapkan aturan penumpang tak boleh
dijemput. Entahlah mana yang paling memungkinkan, yang jelas kami kesulitan
mencari transportasi untuk pulang. Kami diberi aternatif
oleh ojek-ojek pangkalan yang menonton kami sedari tadi, mereka menawarkan untuk
mengantar kami ke tujuan. Kami senyum-senyum saja berpikir, kalau kami sebut tujuan ke Stasiun Bogor, berapakah kemungkinan biaya antar yang akan dikenakan?
otak pemikir saya bekerja dengan menghitung biaya yang mungkin saja besar,
sementara otak perasa saya menghadirkan perasaan takut tak bisa pulang, sungguh
alot percakapan di antara otak pemikir dan otak perasa ini. Otak Pemikir,
ciptakanlah lingkungan yang dapat memunculkan gejolak-gejolak hati dan intuisi
Otak Perasa yang paling baik…terima dan bekerjalah bersama, ketimbang melawan
apapun yang dimuntahkan oleh Otak Perasa kepadamu (Manson, 2020:60). Alih-alih
diantar sampai ke Stasiun Bogor, kami minta diantar ke Bellanova Country Mall,
saya ingat seorang teman pernah mengajak saya ke sini. Lebih baik saya dan Lusi
diantar ke Bellanova dengan alasan akan ada banyak ojek online yang dapat
mengantar kami ke Stasiun Bogor. Lusi setuju dengan usul saya, lalu kami
diantar sampai ke Bellanova oleh ojek pangkalan. Lupa berapa rupiah yang
diminta ojek pangkalan waktu itu, tapi masih masuk akal. Benar saja, banyak
ojek online yang juga ‘mangkal’ di sekitar Bellanova Mall,
kemudian kami melanjutkan perjalanan dengan ojek online dengan gembira hati.
Kami
kembali menumpang commuter line menuju
Stasiun Tanah Abang untuk transit dan melanjutkan ke Stasiun Parung Panjang. Sungguh
menggelitik hati kami cerita perjalanan hari ini, liburan singkat seperti
kedipan mata yang berkesan istimewa. Kalau Anda tanya, ada apa di Gunung
Pancar? ada hutan pinus. Kalau Anda tanya apa yang istimewa dari cerita Gunung
Pancar ini? cerita perjalanannya, sensasi mencari ojek online yang jadi
tumpuan, sensasi nyasar, sensasi takut tak bisa pulang, dan serba-serbi lainnya.
Jadi
kapan kita ke mana, lagi? ππ
Daftar Bacaan
Anonim. “Taman Wisata
Alam Gunung Pancar”. Diakses pada 9 April 2020 dari https://www.gunungpancar.com/
Mark
Manson. 2020. Segala-galanya Ambyar Sebuah Buku Tentang Harapan. Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Seru bgt. Nikmatilah masa mudamu sebelum datang masa tuamu, nikmatilah masa luangmu sebelum datang masa sempitmu,nikmatilah masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu.jangan berhenti menikmati hidup
ReplyDeleteHi Kak Imoeng, terima kasih telah membaca, ya. Semoga bermanfaat.
DeleteMuda berkelana, tua bercerita. Begitu kata kaos-kaos traveller. π
Betul.hanya berkelana nya bisa macam macam jenis dan tempatnya.kalau aku berkelananya bukan di alam terbuka kayak kamu, tapi di ruang yg dibatasi dinding bersama krucil krucil π
ReplyDeleteSalam utk krucils di rumah,
DeleteSehat selalu π€
Idiw ada my wife nich disini
ReplyDeleteHalo, yang di sana. Terima kasih sudah membaca, ya. Semoga bermanfaat.
DeleteIni pasti suami dari Lusi..
Kapan-kapan, ceritakan kisah jalan-jalan, kalian ya!π