Oktober tahun ini saya genap
berusia 27 tahun, ups! Mari awali tulisan ini dengan penuh syukur. Saya bersyukur
atas kesehatan saat ini, syukur atas orang-orang terdekat yang juga dalam
keadaan sehat. Penuh syukur atas rezeki yang saya terima hingga saat ini, pun
rezeki untuk orang lain melalui tangan saya. Rasa syukur atas segala hal yang
terjadi dalam setahun belakangan, baik suka maupun duka.
Perjalanan menuju 27
tahun ini penuh perjuangan. Prinsip awal yang akan saya bagikan kepada pembaca
adalah bukan menggunakan ukuran orang lain ya, akan saya bagikan pandangan
subjektif saya dalam setahun terakhir, harap diingat hingga akhir tulisan ini. Saya
masih ingat betul harapan-harapan saya pada pergantian usia tahun sebelumnya,
salah satu daftar harapan saya yakni dipertemukan dengan jodoh, ups (lagi)! Tak
ada yang salah pada setiap harapan, salahnya terletak pada usaha meraihnya. Saya
yakin dan percaya doa-doa yang dipanjatkan terdengar jelas olehNya, hanya saja
Dia membutuhkan bukti nyata untuk benar-benar menjawab doa hambaNya. Bahkan
kadang, Dia menjawab doa-doa kita dalam bentuk lainnya. Pernahkah pembaca
memanjatkan doa A tapi Allah berikan B sebagai jawabannya? Saya seringkali
mengalami hal ini, pada akhirnya saya katakan kepada diri bahwa inilah jawaban
yang terbaik dan B berkali-kali lipat baiknya daripada A yang saya minta. Tapi untuk
pembahasan jodoh, saya belum bisa menerapkan konsep ini. *maafkansayaYaAllah
Persis November lalu
pada saat seluruh jadwal kegiatan tengah padat merayap, saya harus kaget
sekaligus pasrah untuk pertama kalinya terdiagnosa menderita asma. Saya yang
merupakan ‘pemula’ dalam ranah asma sedang giat-giatnya memenuhi janji bertemu
dokter dengan harapan untuk sembuh total, meskipun belum cukup referensi yang
menyatakan sembuh total dari asma terbukti. Dua bulan kemudian nyamuk-nyamuk
nakal hinggap dan menggigit, saya harus dirawat inap akibat demam berdarah pun
kisahnya penuh dengan drama. Akhir Maret menghampiri dengan penuh kejutan, saya
didera cacar air mengharuskan saya diisolasi selama tiga minggu. Semua hal
tersebut terjadi di luar harapan saya, namun Allah memberikannya dengan mudah,
saya dipaksa ‘istirahat’ dan mungkin juga akibat perbuatan diri sendiri, “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu
adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian
besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”
(QS. Asy Syuraa: 30).
Menginjak usia 27 saya
merasa bahagia! Pembaca yang budiman, saya merasa perlu membagikan kebahagiaan
saya meskipun entah dari mana asal perasaan tersebut timbul. Saya bahagia atas
segala hal yang terjadi baik suka maupun duka! Misalnya, beberapa tahun lalu saya
bersemangat sekaligus berbinar-binar menjawab pertanyaan “Kapan nikah?”, berbeda
dengan hari ini, saya tetap bersemangat menjawabnya namun dengan ekspresi
santai saja. Pertanyaan itu begitu menggebu ketika itu, ketika saya pikir mudah
ya berumah tangga, senangnya bepergian bersama kapan saja, foto berdua di media
sosial, dan lain-lainnya yang terlihat manis. Manis. Kata sakti yang
memengaruhi alam bawah sadar manusia hingga kesan manis berhasil dijadikan
motivasi utama para lajang untuk segera menikah, tidak ada yang salah, semua
sah saja. Tetapi hal-hal manis yang terlihat belum tentu manis pada keadaan
sesungguhnya, kita tidak lihat jatuh bangunnya, kita tidak lihat pergulatan di
antara keduanya bahkan keluarganya, kita tidak lihat masa-masa genting dalam
sebuah pernikahan. Yang jangan juga dijadikan alasan para lajang untuk betah
melajang. Saya yakin dalam dua sisinya setiap pasangan yang menikah mengalami
kebahagiaan yang mendalam. Kisah nyata ini dialami sendiri oleh bapak ibu saya,
di layar kaca orang lain melihat keadaan yang harmonis, manis, meskipun tidak romantis.
Dalam keadaan tertentu, mereka berkeluh kesah, marah, gundah gulana, meskipun
tidak tumpah darah, mereka tetap bahagia dengan keadaannya, mereka tetap teguh
bersatu hingga maut menjemput salah satunya.
Bahagia kita berbeda. Saya
bahagia dengan keadaan saya saat ini, apapun itu wujudnya, pun Anda para
pembaca. Saya yakini Anda tengah berbahagia dalam hidup, entah karena memiliki
teman baru, bertambah bisnis baru, mendapat hadiah, dan lain-lain. Dalam keadaan
duka pun Anda patut berbahagia, ingat prinsip saya tadi tentang doa, mungkin
ini adalah jawaban yang terbaik untuk Anda saat ini. Usia 27 saya kembali
memiliki harapan untuk dipertemukan dengan seseorang yang merupakan jodoh. Saya
akan menikah untuk memenuhi ajaran agama, pun sebagai kebutuhan biologis manusia.
Kalau Anda tanya kapan, saya juga belum tahu kapan, tapi kalau Anda tanya
sudahkah saya bahagia, ya saya bahagia dan akan terus berbahagia dalam segala
hal yang terjadi dalam hidup saya. Mari saling mendoakan! ππ
Itu namanya perjalanan hidup ..tak ada ada yang tahu,.kapan kita akan menikah.. yang penting kita harus terus berusaha dan berdoa .. hanya Allah swt yang tahu... Jangan berkecil hati .. stiap orang pasti ada jodohnya .. kalaupunn kita kidak dapat di dunia .. kita akan mendapatkannya di akhirat kelak ..semoga kamu selalu tabah.berihktiar dan berdoa semoga apa yang di inginkan akan tercapai.. good luck just enjoy your life... Tetap semangat..
ReplyDelete.
Semoga selalu bahagia Mamih Tazkaπ. Jodoh itu hak prerogatif Allah. Allah akan mempertemukan diwaktu yang tepat dengan orang yg tepat. Aamiin..
ReplyDeleteSemangat Tazka tadinya gue liat sekilas banyak banget tulisannya tapi tadi gue baca eh ternyata dikit banget yah, ayo semangat kasih energi positif lu lewat tulisan tulisan seenak ini hehe
ReplyDelete