Skip to main content

Resensi Buku: botchan



Identitas Buku

Judul Buku          : Botchan
Pengarang           : Natsume Soseki
Penerbit              : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit       : 2017
Cetakan               : VII
Tebal Halaman    : 224 halaman


Sinopsis


     Novel klasik yang sangat populer di Jepang ini mengangkat kisah seorang guru muda, Botchan yang memilih untuk mengabdikan dirinya di pedesaan jauh dari tempat tinggalnya di kota Tokyo. Keputusannya untuk pindah ke pedesaan disayangkan oleh pramuwisma keluarganya, Kiyo. Botchan tak terbendung, tekadnya bulat untuk berangkat mencari pekerjaan di desa.

     Kehidupan Botchan sebagai guru di Sekolah Menengah Atas tergambar begitu menggemaskan. Berbagai bentuk ketidakadilan di lingkungan sekolah, membuat Botchan mengambil sikap yang tegas. Botchan selalu berpikiran lurus bersama seorang teman, Hotta. Mereka berusaha mencari ‘tempat’ mengadu yang tepat untuk menumpas ketidakadilan tetapi tak pernah berhasil.

     “Sepintar-pintarnya bangkai ditutupi, baunya tetap tercium juga” rupanya peribahasa ini mewakili akhir kisah Botchan. Botchan dan Hotta tak patah arang, jika keadilan tak akan pernah ia dapatkan dari ‘tempat’ yang tepat, maka keadilan itu mereka sendiri yang ciptakan.


Kelebihan Buku

Buku ini menyajikan serentetan kisah yang dihadapi manusia sehari-hari, dalam hal ini guru. Sebagai seorang guru, permasalahan yang timbul di lingkup pekerjaan guru memang tak pernah jauh dari permasalahan siswa, guru, orang tua, dan permasalahan kehidupan sekolah lainnya. Botchan mengambil sikap berani dan taat pada norma-norma yang berlaku. Guru, di mana pun berada sudah sepatutnya menggunakan prinsip dasar perilaku yang sama, guru bukan hanya sebuah profesi, bukan hanya sebuah titel. Guru, katakanlah yang benar merupakan kebenaran, katakanlah yang salah merupakan kesalahan. Guru/pendidik dan semua orang yang terlibat di dalamnya tak akan pernah lepas dari profesi dan lingkungannya. Kapan pun, di mana pun, dan dengan siapa pun, guru tetaplah guru, yang ‘digugu’ dan ‘ditiru’.


Kelemahan Buku
 
Buku terjemahan asal Jepang ini banyak menggunakan kisah-kisah atau candaan khas Jepang yang kurang dapat dipahami oleh pembaca di Indonesia, mungkin hanya saya 😏.  Alur sedikit memecah konsentrasi dengan mengingat atau menambah informasi pada suatu hal dalam penceritaannya.


Target Pembaca

Pembaca remaja dan dewasa dapat menikmati bacaan ini. Penulis menghadirkan kisah yang ringan dan dapat dipahami. Pembaca yang memiliki perhatian khusus pada dunia pendidikan (orang tua, guru, siswa, dan siapa saja), sangat direkomendasikan untuk membaca buku ini, oleh karena tiap diri kita pasti bersentuhan langsung dengan dunia pendidikan, ada baiknya untuk membaca buku ini.

Dibeli pada 25 September 2018
Mulai dibaca pada 28 September 2018
Selesai pada 15 Oktober 2018

Comments