Konferensi
tahunan kembali digelar di Jakarta setelah setahun sebelumnya dihelat di
Yogyakarta. Montessori Conference
merupakan salah satu pertemuan terbesar dari seluruh sekolah maupun komunitas
Montessori di seluruh Indonesia. Penyelenggara, yakni OMI (Organisasi
Montessori Indonesia) mengangkat tema Adults
and the Montessori Environment berlangsung di Universitas Atmajaya Jakarta pada tangggal 2-3 Maret 2019.
Pemilihan lokasi di Jakarta dimungkinkan untuk menarik banyaknya minat peserta
yang akan hadir. Pertemuan ini bertujuan untuk memperbaharui, mengenal,
mengingat kembali informasi, metode, dan pendekatan Montessori baik sebagai
pendidik maupun orang tua, yang tak kalah penting yakni membuka jaringan
pertemanan baru dengan orang-orang baru.
Pada
konferensi ini, penyelenggara mengundang para pembicara utama dari luar negeri
yang telah mumpuni pada bidangnya masing-masing, yakni Paul Epstein Ph.D
(tentangnya dapat dilihat pada tautan ini https://rmschool.org/content/paul-epstein-phd)
menyadarkan kembali tentang peran orang dewasa terhadap cara belajar/bekerja
anak, peserta diingatkan kembali makna kata ‘help’ yang sesungguhnya diberikan untuk anak, Wendy Compson MA (Ed)
(tentangnya juga dapat dilihat pada tautan ini https://uk.linkedin.com/in/wendy-compson-a8912b71)
berbicara idealnya seorang dewasa/adults
yang berada di sekitar anak, bagaimana ia berperilaku, mengarahkan, hingga
menyiapkan anak untuk melangkah pada masa depannya, dan Josie Hill (tentangnya
dapat dilihat pada tautan ini https://www.linkedin.com/in/josie-hill-3b0a8445)
menginspirasi sekolah-sekolah Montessori yang masih bersifat exclusive untuk dapat diimplementasikan
di sekolah umum lainnya bahkan di sekolah negeri sekalipun. Para pembicara utama membawakan materi yang
berbeda pada pagi hari di aula utama, sedangkan sesi selanjutnya diisi oleh breakout session speaker. Para pembicara
sesi breakout ini merupakan mereka
yang telah mendaftarkan dirinya sebagai pembicara kepada pihak penyelenggara.
Pembicara sesi breakout akan mengisi
sesinya di ruang-ruang kelas secara bersamaan, jadi peserta seminar harus
memilih tema/sesi mana yang akan mereka hadiri.
Salah
satu anggota dari tim penyelenggara memang berasal dari sekolah di mana saya
mengajar, ia telah memberi informasi tentang konferensi ini jauh sebelum
dirilis ke publik. Ms. Clara, seorang kawan (tentangnya dapat dilihat pada
tautan http://jakartamontessori.sch.id/index.php/en/about-us-1/our-educators-2/teacher-2/clara-christine-lower-primary-directress-2),
dengan mengejutkan ia memberikan ide untuk mendaftarkan diri sebagai pembicara
pada breakout session. Saya pasang mimik tidak percaya,
menganggapnya hanya bercanda. Ternyata ia serius, mengajak berkolaborasi
mengangkat tema ‘How to Adopt Montessori
Way to Teach Bahasa Indonesia’, saya hampir ragu dengan kemampuan diri
sendiri tapi saya yakin dan percaya, rekan duet saya tak pernah mengecewakan,
he..he..he. Latar belakangnya mudah sekali, selain saya mengampu pelajaran
bahasa Indonesia dengan metode Montessori 3 tahun terakhir, ternyata belakangan
saya ketahui, baru sayalah yang menerapkan pembelajaran bahasa Indonesia dengan
metode Montessori pada level SD.
Kami
mulai dengan menentukan kegiatan yang akan dilakukan dalam sesi ini, diawali
dengan paparan filosofi Montessori oleh Ms. Clara, dilanjutkan oleh saya tentang
bagaimana menempatkan kurikulum nasional K2013 dalam kurikulum Montessori atau
sebaliknya dan perlunya menunjukkan material ajar dengan metode Montessori
serta implementasinya di dalam kelas bahasa Indonesia. Kami diskusikan beberapa
konten yang diperlukan dalam sesi ini, diantaranya foto-foto dan sebuah video
singkat tentang kegiatan siswa di dalam kelas bahasa Indonesia dengan harapan
peserta mendapatkan visual yang jelas dan menarik. Kami lewati hari-hari untuk
berlatih, tepatnya saya yang perlu dilatih, maklum ‘pemula’, tapi saya selalu
ingin mencoba hal baru dalam hidup, Ms. Clara dengan jam terbang yang begitu tinggi
menjadi seorang pembicara penuh kesabaran memberi arahan dalam proses latihan
ini.
Hari
yang ditunggu pun tiba, pada Sabtu 2 Maret 2019, kami menghadiri sesi yang
berbeda dan bertukar informasi tentang banyaknya jumlah peserta pada sesi breakout. Kami mulai menebak-nebak
jumlah peserta yang akan hadir dalam sesi kami esok hari, dengan santai Ms.
Clara menjawab, “Biarpun peserta 5 orang, the
show must go on,” saya hanya tertawa-tawa galau antara takut bercampur
gugup. Kami menyiapkan hal-hal teknis di dalam kelas yang akan digunakan, beberapa
rekan memberi dukungan masing-masing dengan cara yang unik. Hari ini Minggu, 3
Maret 2019 kami bersiap melaksanakan tugas sebagai pembicara. Para peserta berdatangan
memasuki ruang kelas, saya mulai berkeringat dingin bukan karena pendingin
udara melainkan gugup mulai menyeruak ke seluruh tubuh. Seorang teman secara
khusus bergabung dalam sesi kami untuk mendokumentasikan. Saya curi pandang
kepada Ms. Clara, dia santai saja seraya terus mengumbar senyum kepada peserta.
“Ah, beda kelas!” begitu umpat saya dalam hati kemudian berdoa.
Dengan
mantap ia membuka sesi, perkenalan dan pengantar filosofi Montessori serta
bagaimana bahasa Indonesia disampaikan sebagai sebuah pelajaran tersendiri dalam kelas
Montessori. Tiba giliran saya, saya tidak ingat betul bagaimana saya
menyampaikan materi presentasi, kurang lebih sama dengan proses latihan
meskipun saya lupa pada bagian-bagian tertentu, hi..hi..hi. Peserta
memanfaatkan sesi ini dengan sangat baik, mereka mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan pembahasan, sesi ini tidak memiliki
sesi khusus tanya jawab, peserta dapat menyela dan menjawab secara langsung,
sesi kami sangat interaktif. Strategi khusus menjawab pertanyaan telah kami
sepakati, pertanyaan yang mudah dan dapat saya jawab, akan dijawab oleh saya,
sementara pertanyaan sulit akan dijawab oleh Ms. Clara. Pada akhir sesi beberapa
peserta sibuk mengambil foto material ajar dan beberapa hasil pekerjaan anak
yang ditunjukkan, seorang peserta berujar, “Hah? Sudah selesai? Kok cepet banget, sih?”, lainnya mengaku
terisnpirasi oleh presentasi kami secara khusus pada material ajar yang telah
saya buat, Ms. Clara dengan tangkas menangkap peluang untuk jualan, maklum jiwa
marketing-nya secara alamiah memanggil, “Ibu-ibu, materi ajar dapat dibeli, Ms.
Tazka akan menjual dalam bentuk soft file.
Nanti hubungi via email saja,” sergahnya cepat. Kami akhiri hari dengan penuh
syukur, tugas berjalan dengan lancar, perasaan lega menyelimuti tidur malam
ini.
Konferensi
pertama yang begitu berkesan mendalam. Kesempatan yang belum tentu datang setahun
sekali pun belum tentu menghampiri orang lain. Begitulah kisah pengalaman
pertama menjadi seorang pembicara. Berpikiran positif pada setiap hal
kecil dapat mengantar kita pada
kemungkinan terbesar. Terima kasih partisipan, semoga menginspirasi untuk
pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Metode Montessori. Terima kasih Ms. Clara yang
selalu ‘menjerumuskan’ saya pada hal-hal yang tak terpikirkan sebelumnya and you make me believe that I can do it.
Terima kasih rekan-rekan, your supports
are always count. This is the starting point.
Bersama Breakout Speakers |
Bersama peserta pada sesi How to Adopt Montessori Way to Teach Bahasa Indonesia |
Bersama Ms. Clara |
Seperti iklan toped, "Mulai aja dulu..."
ReplyDelete